kali ini saya akan memberikan sedikit pengetahuan mengenai hubungan antara Al-Qur'an dengan Ilmu Sains. Karena sebenarnya, semua yang ada di kehidupan kita, dari yang paling kecil seperti atom dan sangat luas tak terhingga seperti alam semesta, sudah tertulis di dalam Al-Qur'an, hanya saja itu perlu pemahaman yang sangat sulit.
Walau saya hanya mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, tapi tak apa lah *heheh* langsung saja :
1. Al-Qur'an dengan ilmu Astronomi
Sebelum ilmuwan mengetahui mengenai fakta tentang peredaran bulan, bumi, dan Matahari serta cara mereka berotasi dan berevolusi, Al-Qur’an sudah menjelaskan tentang ini pada surat Yasin yang terdapat pada ayat 37-40.
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُون . وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيم .وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ
الْقَدِيمِ . لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan, manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia (bulan) sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS. Yaa sin: 37-40)
2. Al-Qur'an dengan Ilmu Geografi
Mengenai akan terjadinya tsunami, gempa bumi, dsb. Dahulu hal tersebut sudah direncanakan sedemikian rupa oleh ALLAH SWT untuk menghancurkan bumi ini karena Allah telah bosan melihat kelakuan manusia yang ada di bumi. Manusia telah ingkar kepada Allah, dan mereka tidak menyembah-Nya. Padahal sudah jelas pada surah Adz-Dzariat ayat 56.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahKu (yaitu mengesakanKu).” (Adz Dzariyat 56)
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا.
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepadaorang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”(Q.S.17:16)
1) Proses Terjadinya Manusia
Diantara contoh ayat Al-Qur'an yang mendahului ilmu sains adalah pemberitaan Al-Qur'an mengenai proses kejadian manusia. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ
َحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kamijadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulangbelulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mukminun :12-14)
Di saat ayat ini turun, ilmu akal manusia pada zaman itu tidak mampu menjangkau fakta ilmiah ini. Demikian pula ilmu pengetahuan yang ada saat itu cukup sederhana untuk sampai pada hakikat yang besar ini. Di abad modern, fakta ini baru ditemukan setelah kemajuan ilmu biologi dan kedokteran.
1. Bermakna lintah.
2. Bermakna sesuatu yang tergantung.
3 .Bermakna segumpal darah.
Tidak terdapat perselisihan antar saintis (kedokteran) modern mengenai tiga makna yang terkandung di dalam kata ’Alaqah ini . Makna ‘Alaqah' sebagai lintah adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia yang masih berusia 1-24 hari, menempel pada uterus (rahim) ibu, serupa sebagaimana ‘lintah’ menempel di kulit. Serupa pula dengan ‘lintah’ yang memperoleh darah dari inangnya, embrio manusia juga memperoleh darah dari ibunya ketika hamil.
Ketika membandingkan lintah air tawar dengan embrio pada tahap ‘alaqah, Profesor Moore, seorang profesor Emeritus ahi anatomi dan embriologi dari Universitas Toronto Kanada, menemukan kesamaan yang banyak pada keduanya. Beliau berkesimpulan bahwa embrio selama tahap ‘alaqah memiliki penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Pada tahap ini, embrio mendapatkan makanan dengan cara menghisap darah ibunya, sama seperti lintah. Arti kedua, ‘alaqah adalah ‘sesuatu yang tergantung’, dan hal ini adalah apa yang dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap ‘alaqah. Arti ketiga adalah ‘segumpal darah’. Professor Moore mengatakan: “kami menemukan penampakan luar embrio selama tahap alaqah seperti penampakan segumpal darah, adanya sejumlah besar darah membentuk embrio. Juga selama tahap ini darah dalam embrio tidak bersirkulasi sampai usia embrio mencapai akhir minggu ke tiga. Jadi embrio pada tahap ini mirip dengan segumpal darah. Jadi ketiga deskripsi embrio tersebut di atas secara akurat terdiskripsi dalam satu kata dalam Al-quran yaitu kata ”alaqah”. Tahap perkembangan embrio selanjutnya setelah alaqah adalah ”mudghah”. Kata mudghah dalam bahasa arab berarti ”sesuatu yang dikunyah”. Pada tahap mudghah, ukuran embrio mirip dengan ukuran permen karet yang umum dikunyah orang.
Al-Qur'an telah mengungkap ini pada 1400 tahun yang lalu, padahal saintis baru mengetahui perkembangan embrio ini setelah ditemukannya mikroskop, suatu alat yang belum dikenal pada 1400 tahun yang lalu. Orang pertama di dunia yang menggunakan mikroskop untuk mengamati sel sperma manusia (spermatozoa) adalah Hamm dan Leeuwenhoek pada tahun 1677, lebih 1000 tahun setelah ayat ini turun. Hamm dan Leuwenhoek pun ketika itu masih salah mendiskripsikan tahap perkembangan embrio.
2) Informasi tentang pusat perasa di kulit
Dulu orang percaya bahwa saraf perasa terdapat di seluruh tubuh dengan kepekaan yang sama. Namun ilmu pengetahuan modern mengungkap kekeliruan ini, ternyata pusat kepekaan terhadap rasa sakit dan lainnya terletak pada kulit, di mana jarum suntik hanya terasa sakit pada kulit. Kulit yang sudah terkelupas atau tinggal ototnya tidak terasa sakit lagi. Al-Qur’an menyebutkan hakikat ini sebelum penemuan para ahli.
ِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (An-Nisa : 56).
Maksudnya: Perasaan sakit menerima azab terpusat pada kulit mereka dan apabila kulit itu telah hangus matang mereka tidak merasakan azab lagi. Oleh karenanya, Allah swt. Yang Maha Mengetahui ciptaan-Nya menggantinya dengan kulit yang baru agar mereka tetap merasakan azab.
3) Sesaknya dada
Para pilot membuktikan tentang semakin sesaknya dada mereka setiap kali mereka menambah ketinggian di udara sampai-sampai mereka merasa tercekik karena tak mampu bernafas akibat semakin berkurangnya kadar oksigen. Realita ini belum diketahui sebelumnya, orang menganggap bahwa udara tersedia sampai ke planet-planet dan bintang bintang yang ada di langit. Sedangkan Al-Qur’an telah mengungkap hakikat ini sejak empat belas abad lebih. Allah swt. berfirman:
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ.
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidakberiman. “(Al-An’am : 125).
Maksudnya: Barangsiapa berhak disesatkan Allah swt karena amal-amalnya yang buruk dan permusuhannya terhadap Islam, maka Allah swt. menjadikan dadanya sempit bila mendengar mauizhah (nasihat) yang mengingatkannya tentang kebenaran Islam seperti sempitnya dada orang yang naik ke langit. Hal ini tidak diketahui manusia yang tidak beriman sebelum mereka menggunakan pesawat terbang. Lalu apakah Nabi Muhammad saw. memiliki pesawat khusus untuk menyampaikan informasi ini? Atau apakah yang disampaikan semata wahyu yang berasal dari ilmu Allah SWT?!
Demikianlah, Al-Qur’an mengandung informasi yang baru terungkap kebenarannya setelah berabad-abad lamanya seiring kemajuan ilmu pengetahuan. Kebenaran ini sebagai bukti bahwa Al-Qur’an semata-mata wahyu Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad SAW. Al- Qur'an mendahului ilmu pengetahuan (sains). Wallahu a’lam bish shawab.
0 komentar:
Posting Komentar